Saat ini, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memasuki kategori darurat Humman Traficking. Dalam kurun waktu Januari hingga Oktober 2024, tercatat 51 Pekerja Migran (PMI) asal NTT meninggal dunia di luar negeri.
Ketua Dewan Pembina Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (PADMA) Indonesia, Gabriel Goa, menyatakan dukacitanya atas peristiwa yang terjadi. Dia menyampaikan pesan ini atas nama PADMA Indonesia dan menyatakan kesiapan kami untuk membantu jika diperlukan. Kami sedang membangun komunikasi intensif dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk memperkuat upaya pencegahan TPPO dan migrasi aman di NTT, dimulai dari Lembata.
Sebelumnya, PADMA Indonesia telah mengadakan serangkaian diskusi tentang TPPO dan migrasi aman di provinsi NTT, yang menghasilkan beberapa rekomendasi penting. Salah satunya adalah penjabat Gubernur NTT harus segera membentuk tim gugus tugas untuk menangani Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Gabriel Goa menyatakan bahwa tim gugus tugas untuk menangani bencana TPPO harus segera dibentuk. Presiden Jokowi juga telah memerintahkan pembentukan tim ini untuk mengatasi meningkatnya jumlah kematian warga NTT.
Menurut data dari BP3MI NTT, dari 51 PMI yang meninggal di luar negeri, satu di antaranya bekerja secara legal sebagai nelayan dan meninggal dunia di Taiwan, dengan keluarganya menerima asuransi dari perusahaan tempatnya bekerja. Sementara itu, 50 PMI lainnya merupakan imigran ilegal atau tidak memiliki prosedur resmi dan semuanya meninggal dunia di Malaysia.
Menurut Gabriel Goa, data ini menunjukkan fakta yang cukup mengkhawatirkan. Dengan rata-rata delapan hingga sembilan warga NTT meninggal setiap bulannya di Malaysia, situasinya memang patut dikhawatirkan.
“Ini adalah data yang sangat mengganggu. Bagaimana 50 orang saudara kita meninggal secara tidak perlu di Malaysia. Tidak ada tanggung jawab yang ditanggung oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Tidak ada asuransi atau kompensasi apapun untuk keluarga mereka. Padahal mereka telah berkontribusi untuk membangun perusahaan tersebut. Sungguh menyedihkan,” ucap Gabriel Goa dengan sedih.
Menurut BP3MI NTT, sebagian besar pekerja migran yang meninggal berasal dari Kabupaten Malaka, dengan total 11 orang. Daerah lain yang juga mencatat kematian PMI adalah Flores Timur, Sumba Barat, dan Belu, masing-masing enam orang. Sedangkan di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Nagekeo, dan Sumba Barat tercatat tiga orang meninggal. Di Kota Kupang dan Kabupaten Ende terdapat dua kematian PMI setiap daerahnya.
Pada Senin, 8 Oktober 2024, BP3MI NTT menerima dua jenazah terakhir mereka dari Malaysia. Kedua jenazah berasal dari Kabupaten Belu dan Sumba Barat.